![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwBZpA02Ow8cyC18hiIYanJZG9UJC9SM4P9EpGVUg0z-LfmqH4jeu3uLscnmF3y8jmF5_g137BILY1me6jOVpaHwmh0tmBOpSSMlDYuUZ0CrGxqVcBzOW-t9J8uQ48ArVWFmMFxss2u2BB/s400/sby.jpg)
KRC,PALEMBANG -
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kembali mengecam kebijakan pemerintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kali ini yang menjadi sasaran kritik mantan presiden kelima RI itu adalah kebijakan SBY memerangi kemiskinan. "Pemerintahan saat ini, saya melihat seperti penari poco-poco. Maju satu langkah, mundur satu langkah. Maju dua langkah, mundur dua langkah. Kadang malah hanya jalan di tempat," kata Megawati dalam pidato politik ulang tahun ke-35 PDIP di GOR Sriwijaya Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), kemarin (31/1).Tentu saja sindiran Mega itu memanaskan kubu Presiden SBY. Partai Demokrat, partainya SBY, melalui ketua fraksinya di DPR Sutan Bataghoena balik menuding Megawati. "Kalau kebijakan SBY tentang pemberantasan kemiskinan ibarat penari poco-poco, Megawati ibarat penari undur-undur. Tidak pernah maju, tetapi mundur terus," kata Sutan di Jakarta, kemarin. Dia menarik ke belakang saat Megawati kalah dari SBY dalam pemilihan Presiden 2004. Kalau pemerintahan Megawati berhasil, mestinya dia menang dari SBY. Karena ternyata Megawati kalah, alias tidak dipilih kembali oleh rakyat Indonesia, itu artinya kebijakan dia gagal. "Jadi, introspeksilah sebelum mengkritik," kata Sutan. PDIP, menurut Megawati, menilai pemerintahan hasil Pemilu 2004 tidak konsisten menjalankan implementasi kebijakan menuntaskan kemiskinan. Kebijakan itu tidak berjalan dengan baik. Terkesan tidak ada prioritas. "Artinya, pemerintah tidak berpihak kepada rakyat," tuding Mega kepada SBY.Dia juga mengajak seluruh kader PDIP dan masyarakat Indonesia untuk menagih janji pemerintahan SBY-JK seperti tertuang dalam Peraturan Presiden No 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM), yang salah satunya soal pengentasan kemiskinan."Dalam RPJM, selama 2005-2009, pemerintah menargetkan pengentasan kemiskinan dari 35 juta penduduk menjadi 18,8 juta. Fakta pada 2006 jumlah penduduk miskin malah mencapai 3,9 juta meski 2007 turun menjadi 37,1 juta, PDIP tidak yakin dalam sisa waktu ini target 18,8 juta akan tercapai," katanya.Selain soal pengentasan kemiskinan, Megawati mengkritisi sejumlah kebijakan pemerintah SBY-JK seperti kebijakan impor beras dan kedelai, konversi minyak tanah ke gas, dan kebijakan perjanjian pertahanan Indonesia-Australia.Dalam pidato politiknya itu, Megawati juga menyatakan tekadnya untuk menjadikan PDIP sebagai partai oposisi dan penyeimbang berbagai kebijakan pemerintah, sehingga kebijakan yang dihasilkan adalah kebijakan yang pro pada rakyat. "PDIP tidak asal melakukan oposisi yang apriori, tapi ingin melaksanakan oposisi yang loyal sesuai dengan Pancasila dan UUD 45," katanya.Untuk itu Mega kembali menegaskan sikap PDIP sebagai partai terbuka yang siap berkoalisi dengan siapa pun pada pemilu mendatang. "Sebagai rumah besar kaum nasionalis, PDIP membuka diri dengan darah segar dari luar, selama darah segar itu memiliki ideologi yang sama dan bisa menjadi nilai tambah partai," tegasnya.Acara HUT Ke-35 sendiri berlangsung meriah, dihadiri ribuan undangan, anggota, dan simpatisan PDIP. Puan Maharani, ketua panitia nasional HUT PDIP, mengatakan, ada 14 ribu undangan yang hadir. "Itu belum termasuk 25 ribu anggota dan simpatisan PDIP di luar GOR," katanya.Di antara undangan tampak sejumlah pimpinan partai politik. Ada Surya Paloh, Theo L. Sambuaga dan Sumarsono (Golkar). Ada Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Suryadharma Ali dan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi Bursah Zarnubi.Selain pimpinan partai politik, hadir Ketua Mahkamah Konstitusi, Jimmy Asshiddiqie, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dien Syamsuddin, Ryamrizad Ryacudu, Sarwono Yudhohusodo, Rieke Dyah Pitaloka, Dedi Gumelar serta beberapa kepala pemerintah daerah di Indonesia.Acara juga dimeriahkan penampilan 3425 anggota kelompok rebana di Palembang yang memecahkan rekor Muri (Museum Rekor Indonesia). "Targetnya 5000 penabuh rebana. Tapi, hanya ada 3425 orang. Jumlah ini sudah memecahkan rekor Muri yang rekor sebelumnya dipegang kelompok rebana di Pasuruan dengan 3229 penabuh," kata Puan. SBY Tak Mau Disebut Poco-PocoDisindir kebijakannya seperti menari poco-poco, pihak istana langsung bereaksi. Juru Bicara Kepresidenan Andi Alfian Mallarangeng mengatakan, kebijakan yang diambil Presiden SBY selalu konkret. Tidak berjalan di tempat, seperti yang digambarkan Megawati sebagai tari poco-poco.Menurut Andi, pengandaian Mega tidak tepat. "Itu bukan tari poco-poco," ujar Andi kemarin (31/1). Andi tetap bergurau menanggapi kritik Mega tersebut. Sebab, tari poco-poco merupakan kesenian khas Indonesia yang banyak digemari masyarakat. "Saya senang juga dengan pengandaian Ibu Mega karena poco-poco tarian asli dari Sulawesi," terang Andi.Langkah pemerintah, kata Andi, terus mengalami kemajuan. Hasil yang dicapai juga konkret dan bisa diukur. Saat ini, kata Andi, pemerintah berusaha keras mengantisipasi kemungkinan krisis ekonomi.(jpnn/don)